Rumah kompak makin diminati

Hunian berukuran kompak semakin diminati terutama oleh kalangan pencari rumah pertama. Pasalnya, meski ukurannya mini, tapi pembeli berkesempatan memiliki tanah sendiri sehingga dinilai lebih menguntungkan sebagai sarana investasi.

Senior Director Leads Property Darsono Tan mengatakan, sekarang sudah mulai banyak pengembang yang tak mau ketinggalan kesempatan menjaring pasar lebih luas dengan membangun hunian berukuran kecil atau kompak.

“Katanya, sih, mau buat jaring milenial, ya, atau kalangan yang baru mulai kerja. Tapi menurut saya, rumah kompak ini lebih cocok buat yang level pekerjaannya sudah mulai settle, setingkat manager gitu,” katanya kepada Bisnis, Jumat (19/7).

Rumah kompak, menurut Darsono, akan berbeda pengertian dan peruntukannya dibandingkan dengan Rumah Sangat Sederhana (RSS) atau rumah minimalis. Pertama, perbedaannya ada pada desain bangunan, rumah kompak umumnya bertingkat.

Kedua, rumah kompak umumnya masih punya sisa tanah di belakang rumah agar bisa dibangun lebih lanjut menjadi rumah tumbuh. Kemudian, ketiga, rumah kompak bisa dibangun dengan model apa saja dengan kualitas lebih baik dibandingkan rumah minimalis dan RSS.

Rumah kompak, kata Darsono juga sudah banyak dijual pengembang dengan harga mulai dari Rp500 juta-Rp600 juta di daerah Bekasi dan Rp800 juta-Rp1,3 miliar di Serpong.

“Harga tinggi untuk ukuran kecil menurut saya masuk akal, mau nggak mau juga, karena pembebasan lahan semakin mahal, harga tanah juga naik terus. Jadi kalau dilihat dari total harga per meter perseginya ya pasti tinggi, tapi kalau dilihat dari harganya, artinya masih ada rumah di bawah Rp1 M, kan jarang,” sambungnya.

Selain itu, untuk lokasi yang paling cocok, menurut Darsono, yang dekat dan mudah aksesnya untuk ke Jakarta, seperti di Bekasi atau Serpong. Di Jakarta, lantaran tanahnya sudah mahal, menurutnya sudah tidak memungkinkan membangun landed house.

Kemudian, dibandingkan dengan apartemen yang ukurannya hampir sama, sekitar 70-80 meter persegi, memiliki rumah kompak dinilai bisa jadi pilihan sarana investasi lainnya. Pasalnya, rumah kompak meskipun kecil, tapi pemiliknya bisa punya tanah sendiri, punya Sertifikat Hak Milik (SHM) dan lebih leluasa menambah ukuran rumahnya.

“Sekarang tergantung cara lihatnya, kalau apartemen kan enggak bisa expand, tapi pasti apartemen lokasinya lebih prime. Kalau mau yang landed punya tanah, ya, mau enggak mau harus keluar Jakarta. Balik lagi, lokasi menentukan juga,” ungkapnya.

Senada, Head of Markets Jones Lang LaSalle Indonesia Angela Wibawa mengatakan bahwa dari segi permintaan di masa mendatang akan lebih banyak di hunian yang tanahnya lebih kecil.

“Pembeli di Indonesia umumnya lebih suka landed property karena punya tanah dan bangunan, dan mereka enggak masalahlah, mending tanahnya sedikit daripada harus invest di apartemen,” katanya.

Minat investasi rumah yang kecil, kata Angela, untuk investasi hunian pasti akan berjalan untuk jangka panjang, jadi pasti akan bagus.

“Karena harganya nggak mungkin turun, pasti naik atau setidaknya stabil.”

Source : Bisnis.com

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *